Friday 14 October 2016

MAKALAH KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA




BAB I
PENDAHULUAN

1.1      LATAR BELAKANG
Budaya masyarakat awal Indonesia mengalami perkembangan dalam beberapa Zaman.Periode pertama adalah Zaman Batu Tua atau Stonge age.Zaman Batu adalah periode masa Prasejarah dimana manusia pada zaman itu banyak menggunakn batu untuk keperluan sehari-hari dan bertahan hidup seperti berburu dan melakukan ritual.Pada makalah ini akan dibahas mengenai kehidupan awal masyarakat indonesia yang mengalami perkembangan Biologis budaya,Sosial ekonomi,dan Tegnologi.

Dalam makalah ini akan dibahas tentang manusia dari sudut biologi.manusia hanyalah salah-satu dari jutaan mahluk hidup lain yang pernah ada atau masih berada di bumi kita.Pada abad ke-19 para ahli biologi khususnya Carles Darwin mengumumkan teori proses evolusi biologi.

Menurut teori itu,bentuk-bentuk asal mula mahluk hidup dari mahluk kecil(Microorganisme) atau Protozoa. Dalam jangka waktu ratusan tahun kemudian muncul dan berkembang mahluk-mahluk hidup yang lebih kompleks.Pada kala terakhir mulailah berkembang atau berevolusi mahluk-mahluk manusia dan kera.

Ada 2 hal yang menyebabkan masyarakat pada masa ini cenderung selalu berpindah. Pertama, binatang buruan dan umbian telah berkurang ditempat mereka diami saat itu. Kedua, binatang buruan akan berpindah tempat pada musim kemarau untuk mencari sumbr air yang ebih baik untuk kelangsungan hidupnya.
Dalam setiap kelompok terdapat seorang oemimpin yang mereka pilih dari kelompoknya sendiri. Pemilihan pemimpin dengan cara ini meggunakan sistem primus interpares, yaitu memilih yang terkuat secara fisik dan dianggap mempunyai pandangan yang lebih luas dari keseluruhan orang yang ada didalm kelompoknya.

Untuk keperluan berburu mereka juga menciptakan alat bantu yang terbuat dari batu dengan bentuk yang masih sangat sederhana. Dalam kehidupan seosial mereka juga membutuhkan alat komunikasi. Manusia pada saat itu menggunakan bahasa yang sederhana, dengan dibantu isyarat muka, tangan dan anggota tubuh lainnya.

Meskipun hidup berpindah-pindah tempat, manusia urba juga telah memiliki naluri untuk melindungi diri dari binatang buas,fenomena alam, dan lain-lain. Mereka jga berusaha mencari tempat tinggal seperti di gua-gua.


1.2.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana Kehidupan Awal Manusia di bumi?
2.      Bagaimana Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia?
3.      Bagaimana Awal Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya Di Indonesia?
4.      Apa itu Kebudayaan Dongson, Sahuyinh dan India?

1.3.     TUJUAN PENULISAN
1.      Mengetahui Sejarah Kehidupan Awal Manusia.
2.      Mengetahui Sejarah Kehidupan Masyarakat Indonesia.
3.      Memahami Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya Awal Indonesia.
4.      Memahami Sejarah Kebudayaan DOngson, Sahuyinh dan India.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1.     KEHIDUPAN AWAL MANUSIA DI BUMI

Awal Kehidupan Manusia di Bumi ini sudah sangat lama. Kehidupan masyarakat pada berburu dan mengumpulkan makanan masih sangat sederhana. Masa ini disebut masa food gathering (mencari dan mengumpulkan makanan) dengan sistem hidup berpindah-pindah (nomaden). Manusia purba telah menghasilkan kebudayaan secara sederhana dengan menciptakan alat-alat untuk menangkap binatang buruan, menguliti binatang buruan, mengorek ubi-ubian, mengail ikan dari bahan-bahan seperti batu, kayu, tulang, tanduk, binatang, dan sebagainya.

Kemudian manusia prasejarah berkembang dengan mulai mengenal tempat tinggal sementara (semi sedenter), misalnya di tepi pantai atau di gua-gua. Sisa-sisa peninggalan hidup tempat tinggal sementara dari zaman Mesolitikum ini antara lain kyokkemoddinger (sampah dapur) dan abris sous roche (gua sebagai tempat tinggal). Alat-alat kehidupan merekapun makin berkembang, seperti chooper (kapak perimbas/pebble/kapak Sumatra), chopping tool (kapak penetak), anak panah, flake, alat-alat dari tulang dan tanduk rusa dan sebagainya. Kehidupan manusia purba pada masa menetap dan bercocok tanam berlangsung pada zaman Neolitikum.

Sejarah Proses Pembentukan Bumi :
1.    Zaman arkhaikum
Belum ada kehidupan disebabkan bumi masih panas & merupakan bola gas panas yang berputar pada porosnya


2.    Zaman paleozoikum :
  Zaman ketika terdapat kehidupan makhluk pertama di bumi
  • Disebut juga zaman primer (karena untuk pertama kalinya ada kehidupan)
  • Terbagi menjadi beberapa tahap kehidupan :
1.      Cambrium : Kehidupan amat primitif seperti kerang dan ubur-ubur
2.      Silur : Hewan bertulang belakang seperti ikan
3.      Devon : Binatang jenis amfibi tertua
4.      Carbon : Binatang merayap jenis reptil
5.      Perm : Hewan darat, ikan air tawar dan amfibi

3.    Zaman mesozoikum :
  • Zaman sekunder (zaman hidup kedua), disebut juga zaman reptil sebab muncul reptil besar seperti dinosaurus dan atlantosaurus
  • Terbagi menjadi 3 :
  1. Trias : Ikan, amfibi dan reptil
  2. Jura : Reptil dan sebangsa katak
  3. Calcium : Burung pertama dan tumbuhan berbunga
  • Ikan di darat mengalami evolusi, siripnya menjadi kaki yang kuat, ekornya tumbuh semakin panjang, kepalanya yang semakin keras dan besar. Inilah yang kita kenal dengan nama dinosaurus, brontosaurus dan atlantosaurus
  • Dinosaurus pemakan tumbuhan kecuali Tyranosaurus
  • Brontosaurus besarnya 10x gajah
  • Reptil terbang seperti Pteranodon

4.  Zaman neozoikum :
  • Zaman bumi baru (bumi sudah terbentuk sepenuhnya)
  • Terbagi menjadi :
  1. Zaman tertier : Zaman hidup ketiga, makhluh hidup berupa binatang menyusui sejenis monyet & kera, reptil raksasa mulai lenyap, dan pada akhir zaman ini sudah ada jenis kera-manusia. Zaman ini ditandai dengan munculnya tenaga endogen yang dahsyat sehingga mematahkan kulit bumi
  2. Zaman kuarter : Zaman hidup keempat, mulai muncul kehidupan manusia.

Dibedakan menjadi :
  • Zaman pleistosen (Diluvium) : Terjadi penurunan suhu drastis dan memunculkan zaman es (zaman glasial)
  • Zaman holosen (Aluvium) : Zaman lahirnya jenis Homo Sapiens, yaitu jenis manusia seperti manusia sekarang


2.2.     KEHIDUPAN   AWAL  MASYARAKAT  INDONESIA
A.   Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
1.    Lingkungan Alam Kehidupan
Kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan ini sangatlah sederhana. Kehidupan mereka tak ubah seperti kelompok hewan karena bergantung pada apa yang disediakan oleh alam. Pada masa ini manusia hidup di alam bebas seperti di hutan, tepi-tepi sungai, goa, dan lembah. Keadaan berburu mereka pun masih belum stabil dan sangat liar. Pada masa ini, mereka cenderung
berjalan menyusuri tepi-tepi pantai dan pada masa selanjutnyalah baru mereka menciptakan perahu.

2. Kehidupan Sosial
Masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan telah mengenal kehidupan kelompok. Jumlah anggota dalam setiap kelompok sekitar 10-15 orang. Mereka selalu hidup berpindah-pindah. Hubungan antar anggota kelompok sangatlah erat. Mereka bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan hidup mereka. Masing-masing kelompok memiliki pemimpin dan
mereka menghormati pemimpin mereka masing-masing .

2.    Kehidupan Budaya
Pada masa ini mereka mulai membuat alat-alat berburu, alat pemotong, alat pengeruk tanah dan lainnya. Para ahli menafsirkan pembuat alat tersebut ialah jenis manusia Pithecanthropus dan kebudayaannya disebut tradisi Paleolitikum (batu tua). Banyak di temukan di kali basoka, daerah Kabupaten Pacitan . Penelitian ini di lakukan oleh H.R van Heekeren, Besuki, dan R.P. Soejono (1953 1954).Adapun benda-benda hasil kebudayan zaman tersebut ialah :
  Kapak Perimbas
  Kapak Penetak
  Kapak Genggam
  Pahat Genggam
  Alat serpih
  Alat-alat dari tulang

3.    Kehidupan Ekonomi
Pada masa mengumpulkan makanan ini, mereka bekerja sama dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan anggota kelompok yang masih sedikit mereka dapat dengan mudah memenuhi sebagian besar kebutuhan hidupnya dari alam bebas, saat persedian hutan habis mereka pindah ke daerah lainnya untuk
menemukan kebutuhan-kebutuhan mereka.

4.    Kehidupan Kepercayaan Masyarakat
Pada masa ini mereka sudah memiliki anggapan tertentu dan memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal dengan sisteam penguburan dan mereka sudah mempergunakan akal pikiran mereka walaupun hanya terbatas hal-hal tertentu saja. Dengan penguburan terhadap orang yang baru meninggal
maka konsep kepercayaan tentang adanya hubungan antara orang yang sudah meninggal dan yang masih hidup sudah di yakini.

B. Kehidupan Masyarakat Beternak dan Bercocok Tanam
1. Lingkungan Alam Kehidupan
Kehidupan bercocok tanam yang pertama kali dikenal oleh manusia adalah berhuma. Berhuma adalah teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanamnya, setelah tanah tidak subur mereka pindah dan mencari bagian hutan yang lain. Kemudian mereka mengulang pekerjaan membuka hutan,
demikian seterusnya. Namun dalam perkembangan berikutnya, manusia mulai memikirkan kembali untuk hidup dari generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, manusia mulai menerapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah- tanah persawahan. Kehidupan menetap yang dipilih manusia pada masa lampau itu merupakan titik awal dari perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan.

2.    Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan yang cukup pesat. Masyarakat mulai mempunyai tempat tinggal tetap. Tempat tinggal tetap untuk mempererat hubugan antar manusia, yang menunjukkan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri. Kehidupan sosial yang dilakukan oleh masyarakat pada masa bercocok tanam ini terlihat dengan jelas melalui cara bekerja dengan bergotong royong.  Cara hidup bergotong royong itu bersifat agraris.

3.    Kehidupan Ekonomi
Pada masa kehidupan bercocok tanam, kebutuhan kehidupan masyarakat semakin bertambah, namun tidak ada anggota masyarakat yang dapat memenuhi kehidupannya sendiri. Dengan kenyataan seperti ini, dalam rangka memenuhi kebutuhannya masing-masing diadakan pertukaran barang dengan barang yang disebut sistem barter. Sistem barter ini menjadi awal munculnya perdagangan atau sistem perekonomian masyarakat. Untuk memperlancar kegiatan tersebut dibutuhkan tempat khusus yang dapat dijadikan sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang disebut pasar.

4.    Sistem Kepercayaan Masyarakat
Pada masa kehidupan bercocok tanam kepercayaan masyarakat semakin bertambah. Mereka percaya bahwam orang-orang yang meninggal rohnya pergi ke suatu tempat yang tidak jauh dari tempat tinggalnya atau tetap berada di wilayah di sekitar tempat tinggalnya sehingga sewaktu-waktu dapat dipanggil untuk dimintai bantuannya dalam kasus seperti menanggulangi wabah penyakit atau mengusir pasukan-pasukan musuh yang ingin menyerang tempat tinggalnya. Di Indonesia, kepercayaan dan pemujaan kepada roh nenek moyang terlihat melalui peninggalan-peninggalan tugu-tugu batu atau bangunan-bangunan mengalithikum. Bangunan-bangunan itu banyak ditemukan di tempat-tempat tinggi dari daerah
sekitarnya sehingga muncul anggapan masyarakat bahwa roh-roh tersebut berada di tempat yang lebih tinggi.

5.    Kehidupan Budaya
Pada masa kehidupan bercocok tanam kebudayaan yang dihasilkan semakin beragam seperti yang terbuat dari tanah liat, batu, dan tulang. Contohnya:




1.    BeliungPersegi
Diduga digunakan untuk upacara. Ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Semenanjung Melayu dan Asia Tenggara.

2.    Kapak Lonjong
Kapak ini ditemukan di daerah Maluku, Papua, sebagian Sulawesi Utara, Kepulauan Filipina, Taiwan dan Cina.

3. Mata Panah
Digunakan untuk berburu dan menangkap ikan. Ditemukan di daerah Papua.

4. Gerabah
Digunakan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda perhiasan dan sebagai alat untuk mencurahkan rasa seni. Ditemukan di seluruh wilayah Indonesia.

5.    Perhiasan
Pada masa bercocok tanam kebudayan, telah dikenal berbagai bentuk perhiasan. Bahan dasarnya berasal dari lingkungan alam sekitar tempat tinggal mereka yaitu seperti tanah liat, batu kalsedon, yaspur dan agat. Perhiasaan yang dihasilkan seperti kalung, gelang dan lain-lain. Disamping perhiasan tersebut juga ditemukan
kebudayaan yang terbuat dari batu besar atau Megalitikum pada masa kehidupan masyarakat bercocok tanam. Kebudayaan megalitikum erat kaitannya dengan kegiatan religius, yaitu kepercayaan terhadap nenek moyang. Bangunan ini dibuat berdasarkan adanya kepercayaan hubungan antara alam fana dan alam baka. Contoh Bangunan Pada Masa Megalitikum

Menhir, adalah tugu batu tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang, ditemukan di daerah Sumatera, Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
Waruga, adalah kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat yang dibuat dari batu utuh. Ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.

Dolmen, adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur batu. Ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat.

Pundenberundak-undak, adalah bangunan suci tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang dibuat bertingkat-tingkat. Ditemukan di daerah Lebak Si Beduk daerah Banten Selatan.

Sarkofagus, adalah peti jenazah yang terbuat dari batu bulat (batu tunggal). Banyak ditemukan di Bali.

Kuburbatu, adalahb peti jenazah terbuat dari batu pipih. Banyak ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.

Arca, arca dari masa megalitikum menggambarkan kehidupan binatang dan manusia. Banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

2.3.     Perkembangan Teknologi Masyarakat Awal Indonesia
1.   Keadaan Alam Lingkungan Kehidupan Manusia
Dalam kehidupan menetap manusia sudah dapat menghasilkan kebutuhannya sendiri, meskipun tidak seluruhnya. Pengenalan teknologi pada masa itu terlihat jelas pada teknik pembuatan tempat tinggal atau peralatan-peralatan yang mereka gunakan untuk membantu upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika manusia mulai mengenal logam, manusia telah dapat menggunakan peralatan yang terbuat dari logam, seperti peralatan rumah tangga, pertanian, berburu, berkebun, dll. Tetapi dengan meluasnya penggunaan peralatan yang terbuat dari logam, peralatan tersebut dibuat oleh orang yang ahli dibidangnya yang disebut undagi dan tempat pembuatan alat tersebut disebut perundagian.

Dalam perkembangan teknologi awal ini, masyarakat Indonesia juga mulai mengenal benda-benda yang terbuat dari logam dan perunggu. Hal ini terbukti karena ditemukannya benda-benda dari perunggu di beberapa wilayah di Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa seiring dengan mulai dikenalnya logam, pola pikir dan
teknologi manusia berkembang.

2. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
Masa perundagian adalah masa manusia telah mengenal logam. Masa perundagian sangat penting artinya dalam perkembangan sejarah Indonesia, karena pada masa ini terjalin hubungan dengan daerah-daerah disekitar Indonesia. Hubungan
ini terjadi karena bahan-bahan dari logam yang tersedia menyebar di tempat-tempat tertentu dan untuk mendapatkannya dilakukan sistem barter. Pada masa ini juga menjadi dasar bertumbuh kembangnya kerajaan-kerajaan di Indonesia peninggalan-peninggalan masa perundagian menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya Indonesia. Kemakmuran masyarakat diketahui melalui perkembangan teknik pertanian. Masyarakat persawahan terus berkembang dengan pesat termasuk pada aktivitas ekonominya.

3.    Kehidupan Budaya Masyarakat
Benda-benda peninggalan bangsa Indonesia yang terbuat dari logam diantaranya:

1. Nekara Perunggu
Fungsinya sebagai pelengkap upacara untuk memohon turunnya, hujan dan sebagai genderang perang. Banyak ditemukan di daerah timur Indonesia.

2. Kapak Perunggu
Ada yang berbentuk pahat, jantung atau tembilang.

3. Bejana Perunggu
Bentuknya mirip gitar spanyol tanpa tangkai. Ditemukan di daerah Madura dan Sumatera

4. Arca Perunggu
Ditemukan di daerah Bangkinang, Riau, Lumajang, Bogor dan Palembang.

5. Perhiasan
Ditemukan di daerah Bogor, Bali, Malang.

2.4.    SISTEM KEPERCAYAAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
1. Kepercayaan Terhadap Roh Nenek Moyang
Perkembangan sistem kepercayaan pada masyarakat Indonesia berawal dari kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan. Pada umunya mereka hidup berpindah-pindah. Namun, dalam perkembangannya mereka mulai menetap, menetap di goa-goa yang di tepi pantai atau di pedalaman.
Orang mulai memiliki pandangan bahwa hidup tidak berhenti setelah orang meninggal. Orang yang meninggal dianggap pergi ke suatu tempat yang lebih baik. Inti kepercayaan terhadap roh nenek moyang terus berkembang dari zaman-zaman.

2.    Kepercayaan Bersifat Animisme
Animisme merupakan kepercayaan masyarakat terhadap benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa. Awal munculnya kepercayaan ini didasari dari berbagai pengalaman masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu muncul kepercayaan terhadap benda-benda pusaka yang dipandang memiliki roh yang dianggap dapat memberi petunjuk tentang berbagai hal yang berkembang dalam masyarakat. Contohnya sebilah keris yang dianggap pusaka.
Kepercayaan seperti ini masih berkembang hingga sekarang.

3. Kepercayaan Bersifat Dinamisme
Dinamisme adalah kepercayaan bahwa setiap benda memilki kekuatan gaib. Contohnya batu cincin dipandang mempuyai kekuatan untuk melemahkan lawan.

4.    Kepercayaan Bersifat Monoisme
Monoisme adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan ini muncul berdasarkan pengalaman-pengalaman dari masyarakat.

2.5.     KEBUDAYAAN DONGSON, SAHUYINH DAN INDIA
A. Kebudayaan Dongson
Makin meningkatnya kehidupan social ekonomi manusia maka terjadi pula peningkatan bentuk kehidupan dari masa sebelumnya. Peningkatan ini terutama dalam hal pengolahan logam, khususnya perunggu dan besi. Dengan peningkatan tersebut dapat disimpulkan bahwa telah terdapat kelompok masyarakat dengan pembagian kerja yang baik. Pembagian ini tidak hanya meliputi pembuatan dari logam, tetapi juga dibidang-bidang lain. Oleh karena itu masyarakat perundagian telah menampakkan ciri-ciri masyarakat yang teratur. Zaman perundagian sering disebut zaman kemajuan tehnologi karena pada masa itu tehnologi telah berkembang. Pembuatan alat dari logam sudah mereka kuasai. Berikut tehnik pembuatan dari logam:

a.   Teknik Bivalve
Tehnik bivalve atau tehnik setangkup adalah tehnik cetakan dengan menggunakan dua alat cetak yang dijadikan satu dan dapat ditangkupkan. Alat cetak itu diberi lubang pada bagian atasnya. Dari lubang itu dituangkan logam yang telah dicairkan. Apabila cairan itu sudah dingin, cetakan dibuka. Selesailah pengerjaannya. Cetakan setangkup ini dapat digunakan berkali-kali. Contoh dari hasil cetakan ini adalah nekara.

b.   Tehnik cetakan lilin (A Cire Perdue)
Pembuatan barang dengan tehnik a cire perdue dilakukan dengan membuat model dari lilin terlebih dahulu. Lilin dibungkus dengan tanah liat dan bagian atasnya diberi lubang. Tanah liat kemudian dibakar sehingga lilin akan mencair dan keluar dari lubang yang telah dibuat. Tanah liat yang kosong tadi selanjutnya diisi dengan cairan perunggu. Setelah dingin dan kental, tanah liat pembungkus tadi dihancurkan. Cetakan ini hanya dapat dipakai sekali. Contoh dari hasil cetakan ini hanya untuk mencetak benda-benda kecil (arca-arca kecil). Di Indonesia penggunaaan logam untuk pembuatan peralatan hidup diketahui pada masa beberapa abad sebelum masehi. Benda-benda perunggu yang ditemukan di Indonesia menunjukkan persamaan dengan temuan-temuan di Dong Son Vietnam, baik bentuk maupun pola hiasnya. Hal ini menunjukkan adanya hubungan budaya yang berkembang di Dong Son dan Indonesia.

Benda-benda yang dihasilkan dari pengolahan logam pada zaman perundagian antara lain adalah nekara perunggu, kapak perunggu, bejana perunggu, arca-arca perunggu, dan perhiasan. Adapun benda-benda dari besi antara lain mata kapak, mata sabit,  mata pisau, mata pedang, cangkul dan tongkat.

Pada zaman perundagian peranan perunggu dan besi sangat besar. Tetapi bukan berarti menghapuskan pembuatan alat-alat dari tanah. Pembuatan gerabah justru mengalami perkembangan.

B.    Kebudayaan Sahuyinh
            Para Imigran Austronesia telah bermukim di Vietnam Selatan kira-kira 1500 SM.Mereka mengembangkan sebuah kebudayaan yang biasa dinamai dengan nama desa dimana situs pertama ditemukan.Orang-orang Austronesia ini selama berabad-abad telah melakukan kontak budaya dengan Ban Kao dan DongSon.Teknik pertanian dan metalurgi yang berkembang di Thailand Tengah dan Vietnam Utara mempengaruhi kebudayaan mereka juga.Situs-situs Sa Huynh tersebar luas di sepanjang pantai Vietnam Selatan sampai pada delta sungai Mekong.Ada dua fakta yang pantas untuk dicatat terkait hubungan kultural Sa Huynh dengan para tetangga Indo-Chinanya:
1.      Sangat sedikit artefak DongSon di situs-situs Sa Huynh.
2.      Situs-situs ini lebih banyak menghadirkan artefak-artefak besi daripada perunggu.
           
Sebaliknya DongSon lebih banyak menghasilkan artefak-artefak perunggu daripada besi.Dari ini bisa disimpulkan orang-orang Sa Huynh mungkin lebih banyak hubungan komersial dengan komunitas Thailand Tengah daripada dengan orang-orang DongSon.Mengikuti pencaplokan Tonkin oleh dinasti Han,Vietnam Tengah sejenak berada di bawah kendali China.Wilayah-wilayah utara Vietnam yang telah takluk dijadikan salah satu propinsi bernama Rinan.Akhirnya pada tahun 192 M,terjadi pemberontakan,yang berhasil mendirikan sebuah pemerintahan Sa Huynh yang merdeka di sebelah selatan Rinan yang disebut sebagai Lin Yi oleh orang-orang China.Selama berjalannya waktu,Lin Yi mengembangkan pengaruhnya sampai ke arah selatan dan timur pantai-pantai Vietnam Tengah.Kebudayaan asli Sa Huynh bertahan hingga awal millenium pertama M,saat kemudian kebudayaan ini cenderung berkiblat ke India melalui pengaruh Funan dan kemudian dikenal sebagai Champa(Cham).
           
            Jadi disini ada dua difusi kebudayaan paleometalik ke kepulauan Indo-Melayu: apakah itu berasal dari Vietnam Utara(DongSon) atau Thailand Tengah(melalui Sa Huynh).Karena pertukaran kultural dan komersial di kepulauan itu hanya bisa dilakukan melalui laut,dan karena tidak seperti orang-orang Austronesia,belum pernah ada bukti apapun bahwa orang-orang Viet adalah para pelaut ulung,maka kesimpulannya para pelaut Austronesia lah yang mungkin lebih berperan sebagia vektor/ perantara bagi kerajinan-kerajinan baru itu.Hubungan-hubungan yang kelihatannya tidak erat antara Sa Huynh dan DongSon menimbulkan teori bahwa ada lebih banyak pertukaran antara komunitas Austronesia Sa Huynh dengan Thailand Tengah daripada dengan Vietnam Utara.Kelihatannya juga kerajinan paleometalik terdifusi dari Thailand Tengah,baik sepanjang pantai semenanjung Melayu ke Sumatera dan Jawa atau langsung dari pusat-pusat Sa Huynh melalui jaringan komersial Laut China Selatan.Sedangkan difusi barang-barang perunggu DongSon dimungkinkan melalui jalur perdagangan khusus.Barang-barang ini telah menjadi barang berstatus atau barang mewah,langka yang tidak sembarangan orang mampu memilikinya.Bagi para pemimpin Austronesia kepemilikan sebuah benda bernilai seni tinggi adalah pertanda yang nyata bagi status sosial mereka,dan itu diwakili oleh barang-barang kerajinan DongSon yang paling indah dan langka.Barang status DongSon yang paling terkenal adalah kuali-kuali perunggu.
  Kebudayaan Sa Huynh diperkirakan berlangsung tahun 600 SM-1 M. Pada dasarnya merupakan kebudayaan yang mirip dengan Kebudayaan Dongson. Karena peralatan yang banyak dipakai dalam kebudayaan Sa Huynh adalah dari kebudayaan Dong Son.
  Budaya Sa Huynh ditemukan di kawasan pantai Vietnam Tengah ke Selatan sampai lembah sungai Mekong.
  Budaya Sa Huynh ada di Vietnam bagian Selatan didukung oleh suatu kelompok penduduk yang berbahasa Austronesia (Cham) yang diperkirakan berasal dari kepulauan Indonesia.
  Orang-orang Cham pernah mengembangkan peradaban yang dipengaruhi oleh budaya India Champa tetapi akhirnya dikalahkan oleh penduduk Vietnam sekarang yang hanya merupakan kelompok minoritas hingga sekarang.
  Orang-orang Cham merupakan kelompok masyarakat yang menggunakan bahasa Austronesia dan mempunyai kedekatan kebangsaan dengan masyarakat yang tinggal di kepulauan Indonesia.
  Kebudayaan Sa Huynh diketahui melalui penemuan kubur tempayan (jenazah dimasukkan ke dalam tempayan besar). Penguburan tersebut adalah adat kebiasan yang dibawa oleh orang-orang Cham ke kepulauan Indonesia sebab penguburan dengan cara ini bukan merupakan budaya Dong Son maupun budaya yang lain.

C.  Kebudayaan India
Dalam sejarah dunia, Indonesia danIndia sudah melakukan hubungan perekonomiansejak zaman dahulu. Banyak penduduk Indiayang membeli rempah-rempah sampai keIndonesia. Dalam melakukan hubunganperekonomian tersebut, penduduk India jugamenyebarkan beberapa kebudayaan dankeyakinan yang mereka anut. Upaya-upaya yangmereka tempuh dalam penyebarankebudayaannya lebih dominan melalui karyasastra. Hasil karya sastra berbahasa Tamil dan Sansekerta, sudah lama berkembang diwilayah Asia Tenggara.Pada abad 1-5 M di Indonesia muncul pusat-pusat perdagangan terutamapada daerah yang dekat dengan jalur perdagangan tersebut, sehingga Indonesiamenjadi pusat pertemuan antar para pedagang, termasuk pedagang India. Hubunganperdagangan Indonesia India telah terjalin sejak awal abad 1 M.

Hal ini menyebabkanmasuknya pengaruh budaya India pada berbagai sektor kehidupan masyarakatIndonesia.Transfer kebudayaan India merupakan tahapan terakhir dari masa budaya prasejarah setelah tahun 500 SM. Penyebarannya melalui proses perdagangan, yaitu jalurmaritim melalui kawasan Malaka. Jalur perdagangan antar bangsa tersebut kemudianlebih dikenal dengan jalur Sutera. Bukti arkeologisnya ditemukan manik-manikberbahan kaca dan serpihan-serpihan kaca yang bertuliskan huruf Brahmi.Penyebaran budaya India tersebut menyebabkan:
a.     Tersebarnya agama Hindu-Budha di kalangan masyarakat Indonesia
b.     Dikenalnya sistem pemerintahan kerajaanc. Dikenalnya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa yang menandai masuknya zamansejarah bagi masyarakat kepulauan Indonesiad. Budaya India tersebut meninggalkan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia terutama pada seni ukir, pahat, dan tulisan.Pengaruh kebudayaan India dalam kebudayaan Indonesia tampak pada:
  Seni Bangunan
Akulturasi dalam seni bangunan tampakpada bentukbangunan candi. Di India, candimerupakan kuil untuk memuja para dewa denganbentuk stupa. Di Indonesia, candi selain sebagaitempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makamraja atau untuk tempat menyimpan abu jenazahsang raja yang telah meninggal. Di atas makam sang raja biasanyadidirikan patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal inisebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaanroh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia padaumumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan roh nenekmoyang.

  Seni rupa, dan seni ukir.
Akulturasi dalam bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seniukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi. Relief yang dipahatkan pada CandiBorobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang budha tetapi juga terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.

  Seni Hias
Unsur-unsur India tampak pada hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapatdikatakan secara keseluruhan hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia.









BAB III
PENUTUP

3.1.       Kesimpulan
Manusia awal Indonesia hidup secara bertahap. Marwati Djoened Poeponegoro dan Nugroho Notosusanto menggambarkan kehidupan manusia awal Indonesia ke dalam empat tahapan, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat awal, masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjutan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Tahapan-tahapan ini merupakan suatu kesinambungan. Untuk melakukan perubahan dalam setiap tahapannya memerlukan waktu yang relative lama. Hal ini mampu memberikan warna yang berbeda  untuk setiap tahapnya pada semua aspek kehidupan.

Kehidupan masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan masih sangat sederhana. Masa ini desebut sebagai masa food gathering (mencari dan mengumpulkan makanan) dengan sistem hidup berpindah-pindah (nomaden). Manusia purba telah menghasilkan kebudayaan secara sederhana dengan menciptakan alat-alat untuk menangkap binatang buruan, menguliti binatang buruan, mengorek ubi-ubian, mengail ikan dari bahan-bahan seperti batu, kayu, tulang, tanduk binatang, dan sebagainya.

Kemudian manusia prasejarah berkembang dengan mulai mengenal tempat tinggal sementara (semi sedenter), misalnya di tepi pantai atau di gua-gua. Sisa-sisa peninggalan hidup tempat tinggal sementara dari zaman Mesolitikum ini antara lain kyokkemoddinger (sampah dapur) dan abris sous roche (gua sebagai tempat tinggal).


DAFTAR PUSTAKA